Powered By Blogger

Senin, 13 September 2010

मेंमो (अर्त१)

Ahad, 02 Juli 2007

Sebuah kenangan indah yang tak pernah terlupakan dari banak kami hingga ajal menjemput jiwa dan raga ini, kenangan dimana rasa persaudaraan tumbuh dan mengakar kuat dalam hati tujuh saudara sejati yang telah menapaki liku-liku kehidupan dengan berbagai macam duri rintangan yang dilewati, kenangan dimana saat kebahagian menyelimuti hati-hati kami, dimana saat detik-detik perpesihan akan kami jumpai. Tetesan-tetesan air mata berjatuhan dari setiap hati dan telaga bening kami, tangisan kesedihan yang bercampur bahagia, sedih karena akan berpisah dengan orang-orang tercintai, guru-guru yang tak bosan-bosannya membimbing kami, adik-adik tersayang yang telah sekian tahun bercengkrama dalam suka dan duka seperjuangan dibawah naungan ibunda tercinta, serta sobat dan sehabat yang selalu bersama dalam saudara, seiya sekata satu tujuan dalam menggapai cita-cita, meraih ridho yang maha kuasa.
Ahad, 27 Juli 2007 adalah hari yang sangat bersejarah yang terukir rapi didalam memo perjalanan sejarah kehidupann kami, tak lapuk diguyur hujan dan tak kan lekang di hujat panas. Disinilah awal istafet perjalanan hidup kami mengarungi dunia nyata, dunia yang sebelumnya tak pernah kami temui, yang dulunya hanya berupa teori tanpa ada aplikasi, karena hari ini kami resmi menjadi santri/wati sekaligus alumni pondok pesantren Darul Amien, setelah enam tahun lamanya manjalani hidup dalam kubangan kebosanan, kesedihan, kecapian dan kebahagiaan. Namun catatan sejarah yang teramat penting dalam kamus sejarah perjalanan hidup kami adalah untaian kata bak mutiara yang keluar dari mulut ayahanda tercinta Ust. Moh. Ideris Busyran dalam sambutannya mewakili guru-guru tercinta beliau beerkata:
“wahai anak-anakku, hari ini kalian diwisuda, namun bukan berarti ini adalah akhir dari studi kalian, segala ilmu yang kalian peroleh dipondok ini hanyalah berupa kunci untuk membuka ilmu-ilmu yang lain diluar sana, ilmu kalian bak sebuah kail maka terserah kalian untuk menggunakan kail itu, namun kami guru-guru hanya ingin berpesan : janganlah pernah merasa cukup dalam bidang keilmuan, jadikanlah jiwa kalian jiwa-jiwa yang haus ilmu pengetahuan, carilah ia sebanyak-banyaknya, mutiara indah kalian ada diluar sana, namun ingatlah wahai anak-anak kami semua, hiasilah langkah-langkah perjalanan hidup kalian dengan akhlaq al karimah, hanya dengan akhlaq al karimahlah kunci kesuksesan dunia dan akhirat dapat kalian raih. Dan satu pesan kami yang terkhir dan harus kalian ingat selalu kapanpun dan dimanapun kalian berada, pasan ini sangatlah singkat dan selalu disampaikan oleh khotib-khotib jum’at : ITTAQULLAH…..ITTAQULLAH….ITTAQULLAH….. DIMANAPUN KALIAN BERADA…”. Sungguh sebuah pesan singkat dan sangat sedarhana namun teramat berat untuk memikulnya.
Wahai guru-guru tercinta.....
Kami bisa merasakan apa yang kalian rasakan hari ini, sebagai seorang ayah pembimbing yang telah menghabiskan waktunya sekian tahun lamanya bersama kami hanya untuk menunaikan tugas suci sebagai seorang murabbi, kalian anggap kami bak anak sendiri sehingga tak bosan-bosannya kalian ajarkan kami hurup perhurup, kata demi kata, nasihat dan wajengan yang selalu berulang tanpa putus-putusnya. Namun hari ini kita semua harus menerima sebuah kenyataan sebuah sunnah kehidupan “dimana ada pertemuan disana ada perpisaan”, namun kami yaqin perpisahan ini hanyalah perpisaha jasad dan badan sementara roh dan hati kita akan selalu bersama sampai kembali kepada-Nya.

बेर्संबुंग..........*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar