Powered By Blogger

Rabu, 01 September 2010

NI’MAT MERUPAKAN UJIAN ILAHI UNTUK MENYUCIKAN MANUSIA

“Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya”
(Al-Kahfi:7)

Kehidupan yang kita jalani ini –panjang maupun pendek- bukanlah tujuan dan bukan akhir segalanya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah terminal perpindahan menuju kehidupan lain, tempat lain, kehidupan yang kekal, dan tempat yang abadi. Didalam sebuah atsar disebutkan, “Sesungguhnya kalian diciptakan untuk selamanya. Kalian tidak lain hanyalah akan berpindah dari satu tempat ketempat lain”. Seorang penyair berkata “kematian itu tidak lain hanyalah perjalanan, hanya saja perjalanan itu dari tempat yang fana menuju tempat yang kekal”. Jadi tempat kembali yang kekal itu adalah Negri Akhirat,
“Dan sesungguhnya Akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(Al-Ankabuut: 64)
Manusia didalam kehidupan yang fana ini, tidak lain hanyalah memperbaiki diri untuk kehidupan yang kekal tersebut. Allah menjadikannya khalifah disini agar mempersiapkan dan mensuciakan diri untuk kehidupan yang kekal disana. Dan, tidak ada sesuatu yang dapat mensucikan, mendidik, dan mempersiapkan yang seperti ujian bala’. Bala yang menimpa itu adalah wadah peleburan yang dapat mencairkan jiwa dan menjernihkan ruh, apabila sipenerima itu sanggup menerimanya dengan sabar dan ridha kepada Allah SWT.
Allah telah menghendaki penciptaan manusia menjadi jenis makhluk yang berbeda dengan makhluk yang lain, lantaran bercampur dengan unsur yang berbeda-beda. Sehingga memungkinkan baginya untuk naik kelangit dan turun kebumi. Pada dirinya terdapat insting dan syahwat, akal dan kehendak, materi dan ruh. Penciftaan ini menunjukkan bahwa manusia itu dimintai pertanggung jawaban dan akan ditimpa ujian. Inilah rahasia dalam persiapannya untuk mengemban tanggung jawab, dan amanat pembebenan Ilahi yang diungkapkan secara indah oleh Al-Qur’an
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhiyanatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia”
(Al-Ahzab:72)
Manusia dengan berbagai pemberian padanya; akal, kehendak, hati, kemampuan dan daya upaya yang dimudahkan baginya, itu semua merupakan nikmat yang sangat berharga sekali, juga sebagai penghormatan yang sangat mulia baginya. Tetapi, didalam semua itu terdapat bala’ dan ujian yang sangat berat baginya; Apakah dia bersyukur atau mengingkari?, Apakah dia menaati Tuhannya ataukah berlaku congkak kepada-Nya?.
Demikianlah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an Al-Karim bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi, menciptakan kematian dan kehidupan, menghiasi bumi dengan apa-apa yang ada padanya. Itu tidak lain untuk menguji hamba-hamba-Nya, -dan dia lebih tahu tentang mereka- agar tampak siapa yang menghendaki-Nya dan menghendaki apa-apa yang ada di sisi-Nya. Juga siapa yang menghendaki dunia beserta perhiasannya.
Kehidupan dunia ini tidak akan memberikan hasil panennya kecuali bagi orang-orang yang menanamnya. Tidak ada yang akan memetiknya kecuali bagi orang-orang yang menanamnya. Di dalamnya tidak ada seorang yang memperoleh apa yang disukainya kecuali dengan kesabarannya terhadap apa yang tidak disukainya. Tidak terwujud cita-cita yang didambakannya kecuali setelah dapat melalui ujian-ujian yang sulit dan menanggung penderitaan yang berat. Maka dari itu, tidak ada yang berhasrat untuk menggapai ketinggian dan cita-cita besar kecuali orang-orang yang berjiwa besar.
Inilah kondisi kehidpan kita yang sebentar ini. Lantas bagaimana dengan kehidupan yang kekal? Apakah manusia ingin mendapatkan kenikmatan didalamnya dan keridhaan Allah SWT., kebahagiaan dengan melihat wajah-Nya Yang Mulia tanpa kerja keras, ujian, dan tanpa berusaha untuk meraihnya? Jadi tidak ada bedanya antara orang-orang yang duduk dengan orang-orang yang berjuang, orang-orang yang malas dengan orang-orang yang bekerja, orang-orang yang jahat dengan orang-orang shalih. Sungguh, mereka itu dalam timbangan keadilan Allah tidak sama!!
Kita telah mengetahui tentang keadilan peraturan-peraturan Ilahi di alam ini bahwa sesutau yang sangat berharga tidak dapat diraih kecuali dengan usaha yang besar. Semakin tampak tinggi nilai harga sesuatu, maka semakin dia membutuhkan usaha yang lebih besar. Lalu apakah ada sesuatu yang lebih berharga dan lebih agung dari akhirat yang kekal, kehidupan yang abadi, dan dari keridhaan Allah SWT? Tidak, demi Allah. Maka dari itu, surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan jalannya dipenuhi dengan duri-duri ujian dan Neraka dikelilingi oleh sesuatu yang menyenangkan dan jalan menujunya pun mulus tanpa ada rintangan dan halangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar